Corona dan Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia - Lapmi Progress

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Progress HMI Komisariat Adab UIN Sunan Kalijaga Cabang Yogyakarta.

Latest Update
Fetching data...

Tuesday, 14 April 2020

Corona dan Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia

(Ilustrasi : Lapmi Progress) 
Jauh ratusan tahun yang lalu pandemi  yang  tidak kalah bahayanya pernah singgah di bumi, salah satu diantaranya ialah flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1920. Hal ini menjadi rutinan bumi tiap 100 tahun sekali, maka dari itu virus corona kali ini menjadi hal yang tidak asing lagi bagi bumi. Banyak kalangan yang berpendapat tentang asal muasal virus corona ini , ada yang beranggapan bahwa virus ini dari Wuhan China , namun ada juga yang mengatakan corona ini merupakan senjata biologis yang dikembangkan oleh elit global.
Corona tiba di indonesia sedikit terlambat dibanding negara- negara lainnya seperti Itali, Amerika, Jepang, Malaysia, yaitu pada awal maret 2020, yang di umumkan langsung oleh presiden Jokowi.  Banyak masyarakat yang sebelumnya santai terhadap corona dan cenderung menyepelekan karena beranggapan corona tidak mungkin tiba di indonesia , mengingat keadaan iklim serta kebiasaan dari masyarakat di negeri ini yang membuat peluang datangnya corona ke indonesia menjadi nihil , namun seakan tersedak ketika minum air, fakta tersebut berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi saat ini , bahkan indonesia mencatat persentase kematian terbanyak dibanding negara lain di asia yaitu 4.839 yang positif serta 459 orang yang telah  meninggal (14/04/2020).
Tidak berhenti pada gegernya virus Corona, kini indonesia juga terjangkit krisis kemanusiaan.  Bagaimana tidak, banyak jenazah yang ditolak untuk dikebumikan di daerah asal mereka. Sehingga terpaksa dikebumikan di daerah lain, bahkan yang lebih parah dari itu ialah ketika pemugaran makam yang dilakukan saat warga mengetahui bahwa yang dikuburkan ialah korban Corona, padahal keluarga jenazah telah mengikuti persyaratan dan prosedur keamanan. Dengan melihat kondisi  tersebut saya dapat mengatakan bahwa upaya dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi corona ini sudah mulai terbentuk, akan tetapi jangan sampai kebablasan sampai merusak hubungan kemanusiaan. Selain itu kini sedang marak terjadinya pengucilan, pencemoohan, sampai pengusiran terharap korban maupun keluarga korban. Mereka dalah korban, korban dari bencana kemanusiaan ini. Jika pengucilan tetap dilanggengkan, maka mereka yang sakit bisa jadi enggan bahkan tidak mau untuk memeriksakan diri. Tentu hal ini akan membuat virus Corona sulit terdeteksi, bahkan lebih parahnya lagi akan mempersulit pemutusan rantai virus Corona.
Pandemi ini harus segera ditangani, akan tetapi jangan sampai Stigma masyarakat yang kena. Dalam hal ini perlu akan adanya pelurusan kembali Stigma masyarakat, yang mana keadaan  masyarakat kini hanya terdominasi oleh keawamannya, dipikiran mereka cuma satu yakni “mereka tidak mau kena Corona”. Sehingga peresepsi ataupun pemikiran seperti itu akan melupakan hubungan kemanusiaan, bahkan akan merusak hubungan kemanusiaan. Perlu diluruskan lagi bahwa kita harus “Jauhi virusnya, bukan jenazahnya”. (Mayang Sahita Setya Rini)

Tambahkan Komentar
EmoticonEmoticon