Data terakhir (jum'at 17 April 2020) sumber covid19.go.id |
Adapun di Indonesia virus corona kian hari semakin melebarkan sayap bahkan catatan terakhir pada Jum’at 17 April 2020 juru bicara penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto menyampaikan bahwa kasus positif Corona telah mencapai angka 5,923 dengan total sembuh 607 dan meninggal 520 kasus (CNN Indonesia, 17/04/20) dan Angka ini akan sangat mungkin terus bertambah bergantung bagaimana kesigapan pencegahan baik dari pemerintah dan maupun kesadaran rakyat Indonesia sendiri.
Jumlah korban positif Corona di Indonesia dapat dibilang fantastis bahkan presentase angka kematiannya menduduki peringkat pertama di Asia. Namun terlepas dari hal tersebut bukan berarti pemerintah berpangku tangan terhadap virus yang sedang berkecamuk. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir ke angka serendah-rendahnya atau bahkan mematikan laju penyebarannya seperti melakukan rapid test (tes cepat), penyiapan 2 juta obat Avigan dan 3 juta Chloroquine sebagai salah satu usaha penyembuhan bagi pasean corona, menyulap wisma Atlet menjadi rumah sakit darurat Covid-19 sekaligus menjadi rumah isolasi (kompas.com, 23/03/2020), melakukan himbauan Social Distancing (jaga jarak) dan masih banyak hal seharusnya patut harusnya patut diapresiasi.
Pencegahan terhadap virus ini tidak akan seperti kura-kura dan akan mengorbankan lebih banyak jiwa jika hanya berpaku terhadap pemerintah tanpa adanya kesadaran dari masing-masing individu. Terlebih Corona bukan hanya menghambat interaksi sosial masyarakat akan tetapi juga mengguncangkan perekonomian baik nasional maupun internasional sehingga, Himbauan sosial distancing maupun kebijakan lain yang sifatnya menetap di rumah kurang diindahkan oleh masyarakat kecil salah satunya karena alasan perekonomian.
Oleh karena itu, Salah satu hal yang dapat diaplikasikan dalam situasi ini adalah penyadaran kembali akan dasar dan pandangan hidup bangsa ini yaitu Pancasila, Soekarno, sebagai pelopor ideologi tersebut pernah mengatakan bahwa ia tidak menciptakan pancasila dengan semerta-merta akan tetapi, melalui proses pengamatan yang mendalam atas masyarakat Indonesia yang beragam. Ia juga menambahkan apabila Pancasila diperas akan menjadi Trisila dan jika diperas lagi sari patihnya adalah Ekasila. Ekasila yang dimaksud adalah gotong royong. (Kaelan, 2016) Sehingga hal tersebut cocok dengan semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika atau secara gamblang dapat diartikan Beraneka ragam tapi tetap satu.
Dalam buku pengantar ilmu Budaya Sartono Kartodirjo menjelaskan bahwa Gotong royong merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris tradisonal dan merupakan suatu bentuk saling menolong yang berlaku di desa-desa di Indonesia. Terdapat banyak istilah yang maknanya merujuk pada budaya gotong royong antara lain Sambat-Sinambat, Neba, di daerah Priangan dan Banten (Jawa Barat) lebih dikenal dengan Liliuran, Rempungan, Utang Gigir atau Ngahiras sedangkan di Bali dikenal dengan Krama atau Seka (Sakidin, Ed.2003: 165-180) dan mungkin masih banyak lagi istilah dari berbagai daerah yang belum ditulis Sehingga, secara implisit gotong royong merupakan salah satu warisan nenek moyang bangsa ini.
Jika budaya gotong royong diaktualisasikan untuk melawan cobaan virus Corona saat ini maka banyak hal yang dapat kita dilakukan untuk saling membantu sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing seperti bagi individu, para tokoh, lembaga maupun organisasi dapat saling bahu-membahu bersama pemerintah membangun kesadaran terkait corona layaknya Sosial Distancing, menjaga kebersihan dan sebagainya, adapun bagi yang berkecukupan dapat membantu yang kekurangan dan terpaksa bekerja karena alasan perekonomian dan masih banyak hal yang bisa dilakukan.
Dengan membumikan kembali konsep Ekasila maka diharapkan akan terjadi hubungan simbiosi Mutualisme (hubungan timbal balik) antara pemerindah dan masyarakat sehingga pemerintah dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, masyarakat yang melek pengetahuan dapat mengamalkan ilmunya serta menjadi ladang amal bagi masyarakat yang memiliki kemampuan dalam segi finansial maupun moril sehingga, Corona bukan hanya dipandang sebagai musibah akan tetapi berkah yang akan menjadi perekat persatuan bangsa Indonesia. (Faisol)
Tambahkan Komentar
EmoticonEmoticon