April 2020 - Lapmi Progress

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Progress HMI Komisariat Adab UIN Sunan Kalijaga Cabang Yogyakarta.

Latest Update
Fetching data...

Saturday, 25 April 2020

Virus di Kopian Karya Sikluisi



Virus di Kopian

Masih tersisa belum lama sapaan
Di samping tiang rumah kopian
Ku tersandar di kursi habis hujan
Yang ku tunggu itu manis senyuman

Bukankah senja tadi kukabarkan
Kepadamu pujaan
Sudah ku pesankan di meja ekspresomu
Pun sudah ku lumat duluan segelas tubruk gayoku

Lekas kau tiba di meja kopian kita
Senyumku untuk mu manis menyapa
Bagaimana harimu?
Semoga baik segalanya buat mu!

Ku dengar gerutumu buat ku
Hari ini tidak baik-baik saja untuk ku
Semua gerak terbatas pun rinduku
Kau aku jarang bertemu

Iya virus..
Virus itu merubah segalanya di semesta
Pun merubah semua tentang kita
Banyak rindu yang sia-sia

Senyum kecut ku untukmu
Bukankah itu hal baik untukmu untukku
Bukankah jarak perlu waktu
Biar makin banyak bak pasir pantai itu

Jawabmu marah
Tapi ini virus makin parah
Aku selalu terbakar banyak amarah
Ketika merindumu di segala arah 

Aku hening sebentar saja
Bukankah ada pesan dari ini semua
Jawabmu makin keras
Apa kau mulai tidak waras

Pelan-pelan kataku
Senang itu tak selalu 
Sedih pun pasti berlalu
Dan kita pun mesti perlu rindu

Hargai pertemuan sesekali ini
Untuk rindu dan diri kita sendiri
Pun semua perlu kita syukuri 
Sebelum buruk seperti ini

Ditegukkan terakhir kopi kita
Pesan untuk untuk kita berdua
Tuhan tau yang terbaik untuk kita
Semua akan baik-baik saja

Read More

Bumi Karya Reynaldi Adam




Bumi

Senandung pilu lagu tak bertuan 
Ribuan tangis dalam satu kejadian 
Spektrum aksara mulai bertebaran 

Oh pak sapardi, 
Apa yang akan engkau lakukan ketika ini semua terjadi?
Masihkah engkau menulis tentang hujan? 
Bukan lagi huruf yang bertebaran di halaman,
Melainkan sebuah kejadian kelam yang sangat memilukan  

Saksi bisu abad kekosongan 
Sejarah merekam semua kejadian 

Lekas bersinar terang 
Segera sembuh dan kembali tersenyum 
Merekah kembali nan hijau

Berserilah kembali bumiku
Read More

Ini Judulnya Belakangan Karya Reynaldi Adam




Ini Judulnya Belakangan

Kabar sebelum tenggelamnya sinar
Surat kabar meluas ke pojok kota
Patah arang hati ini mendengarnya
Merebak jiwa ini melihatnya

Daun gugur tak seperti biasanya
Bunganya terbang ke sanubari semesta
Surat kabar membawa petaka juga baiknya

Orang orang mulai bersembunyi dibalik dinding kecemasan
Tangan mulai tak menyapa seperti biasanya
Serikat penguasa mulai sedikit tertawa
Lama
Lama
Lama
Dan 
Para rakus kuasa akhirnya tertawa



Read More

Saturday, 18 April 2020

MELAWAN CORONA DENGAN EKASILA

Data terakhir (jum'at 17 April 2020)
sumber covid19.go.id
Senin 2 Maret 2020 adalah awal diumumkannya 2 kasus Covid-19 di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo (CNN Indonesia, 3/3/20) sontak, peristiwa tersebut menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat virus yang berasal dari kota Wuhan, Cina ini sejak dilaporan akhir Desember 2019 sampai masuk ke Indonesia telah menjangkiti negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan sebagainya bahkan negara-negara maju di Eropa seperti Amerika Serikat, Itali dan banyak lainnya serta telah merenggut ratusan ribu nyawa dan hingga saat ini (18 April 2020) telah tercatat 2 juta orang lebih terinfeksi Covid-19 ini.

Adapun di Indonesia virus corona kian hari semakin melebarkan sayap bahkan catatan terakhir pada Jum’at 17 April 2020 juru bicara penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto menyampaikan bahwa kasus positif Corona telah mencapai angka 5,923 dengan total sembuh 607 dan meninggal 520 kasus (CNN Indonesia, 17/04/20) dan Angka ini akan sangat mungkin terus bertambah bergantung bagaimana kesigapan pencegahan baik dari pemerintah dan maupun kesadaran rakyat Indonesia sendiri.

Jumlah korban positif Corona di Indonesia dapat dibilang fantastis bahkan presentase angka kematiannya menduduki peringkat pertama di Asia. Namun terlepas dari hal tersebut bukan berarti pemerintah berpangku tangan terhadap virus yang sedang berkecamuk. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir ke angka serendah-rendahnya atau bahkan mematikan laju penyebarannya seperti melakukan rapid test (tes cepat), penyiapan 2 juta obat Avigan dan 3 juta Chloroquine sebagai salah satu usaha penyembuhan bagi pasean corona, menyulap wisma Atlet menjadi rumah sakit darurat Covid-19 sekaligus menjadi rumah isolasi (kompas.com, 23/03/2020), melakukan himbauan Social Distancing (jaga jarak) dan masih banyak hal seharusnya patut harusnya patut diapresiasi.

Pencegahan terhadap virus ini tidak akan seperti kura-kura dan akan mengorbankan lebih banyak jiwa jika hanya berpaku terhadap pemerintah tanpa adanya kesadaran dari masing-masing individu. Terlebih Corona bukan hanya menghambat interaksi sosial masyarakat akan tetapi juga mengguncangkan perekonomian baik nasional maupun internasional sehingga, Himbauan sosial distancing maupun kebijakan lain yang sifatnya menetap di rumah kurang diindahkan oleh masyarakat kecil salah satunya karena alasan perekonomian.

Oleh karena itu, Salah satu hal yang dapat diaplikasikan dalam situasi ini adalah penyadaran kembali akan dasar dan pandangan hidup bangsa ini yaitu Pancasila, Soekarno, sebagai pelopor ideologi tersebut pernah mengatakan bahwa ia tidak menciptakan pancasila dengan semerta-merta akan tetapi, melalui proses pengamatan yang mendalam atas masyarakat Indonesia yang beragam. Ia juga menambahkan apabila Pancasila diperas akan menjadi Trisila dan jika diperas lagi sari patihnya adalah Ekasila. Ekasila yang dimaksud adalah gotong royong. (Kaelan, 2016) Sehingga hal tersebut cocok dengan semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika atau secara gamblang dapat diartikan Beraneka ragam tapi tetap satu.

Dalam buku pengantar ilmu Budaya Sartono Kartodirjo menjelaskan bahwa Gotong royong merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris tradisonal dan merupakan suatu bentuk saling menolong yang berlaku di desa-desa di Indonesia. Terdapat banyak istilah yang maknanya merujuk pada budaya gotong royong antara lain Sambat-Sinambat, Neba, di daerah Priangan dan Banten (Jawa Barat) lebih dikenal dengan Liliuran, Rempungan, Utang Gigir atau Ngahiras sedangkan di Bali dikenal dengan Krama atau Seka (Sakidin, Ed.2003: 165-180) dan mungkin masih banyak lagi istilah dari berbagai daerah yang belum ditulis Sehingga, secara implisit gotong royong merupakan salah satu warisan nenek moyang bangsa ini.

Jika budaya gotong royong diaktualisasikan untuk melawan cobaan virus Corona saat ini maka banyak hal yang dapat kita dilakukan untuk saling membantu sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing seperti bagi individu, para tokoh, lembaga maupun organisasi dapat saling bahu-membahu bersama pemerintah membangun kesadaran terkait corona layaknya Sosial Distancing, menjaga kebersihan dan sebagainya, adapun bagi yang berkecukupan dapat membantu yang kekurangan dan terpaksa bekerja karena alasan perekonomian dan masih banyak hal yang bisa dilakukan.

Dengan membumikan kembali konsep Ekasila maka diharapkan akan terjadi hubungan simbiosi Mutualisme (hubungan timbal balik) antara pemerindah dan masyarakat sehingga pemerintah dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, masyarakat yang melek pengetahuan dapat mengamalkan ilmunya serta menjadi ladang amal bagi masyarakat yang memiliki kemampuan dalam segi finansial maupun moril sehingga, Corona bukan hanya dipandang sebagai musibah akan tetapi berkah yang akan menjadi perekat persatuan bangsa Indonesia. (Faisol)
Read More

Tuesday, 14 April 2020

Corona dan Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia

(Ilustrasi : Lapmi Progress) 
Jauh ratusan tahun yang lalu pandemi  yang  tidak kalah bahayanya pernah singgah di bumi, salah satu diantaranya ialah flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1920. Hal ini menjadi rutinan bumi tiap 100 tahun sekali, maka dari itu virus corona kali ini menjadi hal yang tidak asing lagi bagi bumi. Banyak kalangan yang berpendapat tentang asal muasal virus corona ini , ada yang beranggapan bahwa virus ini dari Wuhan China , namun ada juga yang mengatakan corona ini merupakan senjata biologis yang dikembangkan oleh elit global.
Corona tiba di indonesia sedikit terlambat dibanding negara- negara lainnya seperti Itali, Amerika, Jepang, Malaysia, yaitu pada awal maret 2020, yang di umumkan langsung oleh presiden Jokowi.  Banyak masyarakat yang sebelumnya santai terhadap corona dan cenderung menyepelekan karena beranggapan corona tidak mungkin tiba di indonesia , mengingat keadaan iklim serta kebiasaan dari masyarakat di negeri ini yang membuat peluang datangnya corona ke indonesia menjadi nihil , namun seakan tersedak ketika minum air, fakta tersebut berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi saat ini , bahkan indonesia mencatat persentase kematian terbanyak dibanding negara lain di asia yaitu 4.839 yang positif serta 459 orang yang telah  meninggal (14/04/2020).
Tidak berhenti pada gegernya virus Corona, kini indonesia juga terjangkit krisis kemanusiaan.  Bagaimana tidak, banyak jenazah yang ditolak untuk dikebumikan di daerah asal mereka. Sehingga terpaksa dikebumikan di daerah lain, bahkan yang lebih parah dari itu ialah ketika pemugaran makam yang dilakukan saat warga mengetahui bahwa yang dikuburkan ialah korban Corona, padahal keluarga jenazah telah mengikuti persyaratan dan prosedur keamanan. Dengan melihat kondisi  tersebut saya dapat mengatakan bahwa upaya dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi corona ini sudah mulai terbentuk, akan tetapi jangan sampai kebablasan sampai merusak hubungan kemanusiaan. Selain itu kini sedang marak terjadinya pengucilan, pencemoohan, sampai pengusiran terharap korban maupun keluarga korban. Mereka dalah korban, korban dari bencana kemanusiaan ini. Jika pengucilan tetap dilanggengkan, maka mereka yang sakit bisa jadi enggan bahkan tidak mau untuk memeriksakan diri. Tentu hal ini akan membuat virus Corona sulit terdeteksi, bahkan lebih parahnya lagi akan mempersulit pemutusan rantai virus Corona.
Pandemi ini harus segera ditangani, akan tetapi jangan sampai Stigma masyarakat yang kena. Dalam hal ini perlu akan adanya pelurusan kembali Stigma masyarakat, yang mana keadaan  masyarakat kini hanya terdominasi oleh keawamannya, dipikiran mereka cuma satu yakni “mereka tidak mau kena Corona”. Sehingga peresepsi ataupun pemikiran seperti itu akan melupakan hubungan kemanusiaan, bahkan akan merusak hubungan kemanusiaan. Perlu diluruskan lagi bahwa kita harus “Jauhi virusnya, bukan jenazahnya”. (Mayang Sahita Setya Rini)
Read More