Lapmi Progress

Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Progress HMI Komisariat Adab UIN Sunan Kalijaga Cabang Yogyakarta.

Latest Update
Fetching data...

Wednesday, 22 December 2021

Sastra dan Teknologi

Karya Abdurrahim (Mahasiswa BSA UIN Sunan Kalijaga) 

      Pada zaman ini teknologi menjadi pusat utama kehidupan manusia, karena jika di lihat dan di teliti lagi, pada zaman sekarang ini kehidupan sehari hari manusia tidak lepas dari tekhnologi, seperti menyapu, mencuci, masak, kerja, dan pekerjaan yang lain-lain lagi. Bahkan dari sejak kecil manusia sudah di perkenalkan dengan teknologi itu sendiri. Seperti yang banyak kita lihat, anak kecil sudah diberikan ponsel. Beda halnya dengan generasi 90-an, yang ketika masih kecil di gendong dan dinyanyikan lagu-lagu daerah dan bahkan tak jarang  di dengarkan dengan cerita rakyat di bacakan puisi.

      Itulah bedanya sekarang dengan dahulu. dari apa yang saya sampaikan di atas bahwasanya pengenalan terhadap karya sastra pada masa sekarang ini sangatlah minim, yang mana pada masa sekarang lebih dikenalkan dengan berbagai macam teknologi. Bahkan anak-anak remaja pada zaman sekarang belum tentu mengenal tokoh-tokoh sastrawan Indonesia yang melegenda seperti Ahmad Tohairi, Helvy Tiana Rosa, Supardi Djoko Damono, dan yang lainnya.  Mereka akan lebih tau siapa itu Miya, Hayabusa, Alok , Skyler, dan tokoh-tokoh dalam game yang lain ketimbang para sastrawan. 

      Itu semua bukanlah masalah, karena orang-orang  tentunya hidup dan akan mengikuti perkembangan zaman. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika orang hanya fokus terhadap teknologi sehingga tidak mengenal karya sastra maupun sastrawannya. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal itu perlu adanya kontrol dan pengenalan terhadap hal-hal yang seperti itu, Khususnya pada anak-anak. Agar mereka bisa mengenal teknologi dan sastra.

      Dengan pesatnya perkembangan teknologi pada masa ini, sebenarnya sangat membantu juga dalam memperkenalkan sastra. Baik itu sastra puisi,cerpen,drama dan lain lain. Karena kita juga bisa dengan mudah mempublikasikan karya sastra tampa harus membukukannya terlebih dahulu, Kita bisa menggunakan kemajuan teknologi untuk mempublikasikannya, melalui website dan situs-situs yang lain. Maka dengan itu para pembaca juga dengan mudah untuk mengaksesnya dan menikmati karya satra yang telah dipublikasikan, dimana pun dan kapanpun mereka mau.

      Jadi kemajuan teknologi sebenarnya bukan menjadi penghalang untuk mempelajari dan menikmati kaya sastra, bahkan sebaliknya bisa membantu dan mempermudah kita. Asalkan kita juga bijak dan tidak larut dalam menggunakan teknologi. Jadi gunakanlah teknologi sebagai sumber informasi untuk mengetahui apa yang belum di ketahui dan jangan  membiarkan diri termakan oleh teknologi itu sendiri. 

Read More

Monday, 20 December 2021

Eksistensi Bahasa Arab di Kalangan Kader HMI


Karya 
Annafi’ Rizqika Putri (Mahasiswi BSA UIN Sunan Kalijaga) 

           HMI atau sering disapa dengan Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi bernafaskan Islam yang menampakkan diri sebagai  kawah candradimuka dengan konsep intelektual dalam islam dimana dalam suatu organisasi berkumpul orang-orang yang mempunyai sebuah pola pikir yang berdasar pada sumber-sumber ajaran agama Islam yaitu Al-Quran dan Sunnah. Namun, di era modern saat ini dalam Himpunan Mahasiswa Islam aktualisasinya aktivitas politik lebih dominan dibanding dengan aktivitas keagamaan. Hampir setiap aktivitas yang berbasis politik HMI selalu tampil di dalamnya. Sangat disayangkan jika  sedikit  kader HMI yang luas wawasan keislamannya, dari sekian banyak kader pasti memiliki gerilya pengaktualisasi diri sebagai langkah progresif mereka. Bahwa untuk mewujudkan masa depan umat (keislaman), dan bangsa (keindonesiaan) yang lebih baik diperlukan manusia dengan kualifikasi seperti terumus pada tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam ,dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT". Anggaran Dasar (AD) HMI Pasal 4.

           Untuk bisa mendapatkan wawasan keislaman kita sebagai kader HMI tidak bisa lepas dari bahasa Arab. Eksistensi bahasa Arab di kalangan kader HMI menjadi begitu penting karena dalam materi wawasan keislaman tidak lepas dalam penggunaan bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi kunci pembuka bagi ilmu pengetahuan keislaman. Untuk mengkaji dan mendalaminya dibutuhkan pula penguasaan terhadap berbagai cabang ilmu seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Nahwu, Ushul Fiqih, dan sebagainya, yang tidak jauh dari bahasa Arab. Selain itu, buku-buku literatur asli yang merupakan hasil pemikiran, penafsiran terhadap Alqur’an dan Hadis oleh para ulama-ulama masa lalu tertulis dalam bahasa Arab yang kesemuanya itu merupakan bagian dari sumber keislaman yang harusnya diketahui oleh para kader HMI. Semua itu bertujuan agar dalam penguasaan wawasan keislaman yang bersumber dari Al Qur’an maupun Hadis sesuai dengan syariat Islam dan menjauhkan dari kesalahpahaman pemahaman yang nantinya setiap kader HMI akan terjun menjadi tokoh masyarakat yang tidak lepas dari kata dakwah yang mengabdi dengan tetap bernafaskan Islam.

          Tokoh besar dalam Himpunan Mahasiswa Islam sendiri, Kanda Nurcholish Madjid dalam menuliskan perjalanannya di Timur Tengah beliau mengatakan “ Menteri itu minta supaya saya menceritakan tentang gerakan Mahasiswa Islam di Indonesia. Setelah saya ceritakan, tentu saja dengan bahasa Arab, Menteri itu demikian senangnya dengan keterangan saya.” Meskipun Indonesia satu-satunya bangsa muslim yang menggunakan huruf latin untuk bangsa nasionalnya. Semua bangsa muslim itu menggunakan huruf Arab, kecuali: Bangladesh seperti bangsa Asia lain mempunyai huruf sendiri yaitu Bengali, Turki disebabkan revolusi Kemal, dan Indonesia disebabkan oleh penjajahan. Dari sudut pandang dunia Islam, Indonesia dikatakan bangsa muslim yang kurang tahu huruf Arab.  Dapat diambil satu kesimpulan bahwa keislaman di Indonesia masih demikian dangkal. Sudah semestinya sebagai Kader HMI calon pemegang estafet kepemimpinan berperan sebagai pejuang Islam yang menguasai bahasa Arab.

           Sementara posisi bahasa Arab sendiri dalam dunia Islam salah satunya dalam bidang dakwah. Dakwah digunakan pada Da’i untuk mengajak manusia ke jalan Allah SWT, jalan yang benar dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist. Keduanya merupakan sumber materi dakwah dan yang dapat dengan mudah dipahami dan dikaji dengan menggunakan bahasa Arab yang merupakan bahasa dari keduanya. Kader HMI yang dengan tujuan “bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” pastinya akan terikat dalam dunia dakwah sudah pastinya harus memahami bahasa Arab.

           Wawasan keislaman oleh kader HMI dapat dipraktekkan ketika mereka masih bergelut sebagai mahasiswa dan aktivis yaitu dengan mengadakan kegiatan bersama para kader lainnya seperti bersholawat bersama, tadarus bersama, kajian keislaman, belajar bahasa Arab bersama, dan membedah nahwu dalam beberapa ayat Al Qur’an. Dalam belajar bahasa Arab bisa dimulai dengan menghafal mufrodat atau kosakata dasar yang mana kosakata tersebut berada dalam lingkup keseharian kader HMI sehingga akan lebih mudah dalam praktek berdialog ketika mereka berkumpul, kegiatan keislaman tersebut merupakan proses pembelajaran guna mengasah kemampuan berbahasa Arab para kader HMI yang tentunya bermanfaat dan dapat dipraktekkan di kemudian hari.

Read More

Saturday, 25 April 2020

Virus di Kopian Karya Sikluisi



Virus di Kopian

Masih tersisa belum lama sapaan
Di samping tiang rumah kopian
Ku tersandar di kursi habis hujan
Yang ku tunggu itu manis senyuman

Bukankah senja tadi kukabarkan
Kepadamu pujaan
Sudah ku pesankan di meja ekspresomu
Pun sudah ku lumat duluan segelas tubruk gayoku

Lekas kau tiba di meja kopian kita
Senyumku untuk mu manis menyapa
Bagaimana harimu?
Semoga baik segalanya buat mu!

Ku dengar gerutumu buat ku
Hari ini tidak baik-baik saja untuk ku
Semua gerak terbatas pun rinduku
Kau aku jarang bertemu

Iya virus..
Virus itu merubah segalanya di semesta
Pun merubah semua tentang kita
Banyak rindu yang sia-sia

Senyum kecut ku untukmu
Bukankah itu hal baik untukmu untukku
Bukankah jarak perlu waktu
Biar makin banyak bak pasir pantai itu

Jawabmu marah
Tapi ini virus makin parah
Aku selalu terbakar banyak amarah
Ketika merindumu di segala arah 

Aku hening sebentar saja
Bukankah ada pesan dari ini semua
Jawabmu makin keras
Apa kau mulai tidak waras

Pelan-pelan kataku
Senang itu tak selalu 
Sedih pun pasti berlalu
Dan kita pun mesti perlu rindu

Hargai pertemuan sesekali ini
Untuk rindu dan diri kita sendiri
Pun semua perlu kita syukuri 
Sebelum buruk seperti ini

Ditegukkan terakhir kopi kita
Pesan untuk untuk kita berdua
Tuhan tau yang terbaik untuk kita
Semua akan baik-baik saja

Read More

Bumi Karya Reynaldi Adam




Bumi

Senandung pilu lagu tak bertuan 
Ribuan tangis dalam satu kejadian 
Spektrum aksara mulai bertebaran 

Oh pak sapardi, 
Apa yang akan engkau lakukan ketika ini semua terjadi?
Masihkah engkau menulis tentang hujan? 
Bukan lagi huruf yang bertebaran di halaman,
Melainkan sebuah kejadian kelam yang sangat memilukan  

Saksi bisu abad kekosongan 
Sejarah merekam semua kejadian 

Lekas bersinar terang 
Segera sembuh dan kembali tersenyum 
Merekah kembali nan hijau

Berserilah kembali bumiku
Read More

Ini Judulnya Belakangan Karya Reynaldi Adam




Ini Judulnya Belakangan

Kabar sebelum tenggelamnya sinar
Surat kabar meluas ke pojok kota
Patah arang hati ini mendengarnya
Merebak jiwa ini melihatnya

Daun gugur tak seperti biasanya
Bunganya terbang ke sanubari semesta
Surat kabar membawa petaka juga baiknya

Orang orang mulai bersembunyi dibalik dinding kecemasan
Tangan mulai tak menyapa seperti biasanya
Serikat penguasa mulai sedikit tertawa
Lama
Lama
Lama
Dan 
Para rakus kuasa akhirnya tertawa



Read More

Saturday, 18 April 2020

MELAWAN CORONA DENGAN EKASILA

Data terakhir (jum'at 17 April 2020)
sumber covid19.go.id
Senin 2 Maret 2020 adalah awal diumumkannya 2 kasus Covid-19 di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo (CNN Indonesia, 3/3/20) sontak, peristiwa tersebut menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat virus yang berasal dari kota Wuhan, Cina ini sejak dilaporan akhir Desember 2019 sampai masuk ke Indonesia telah menjangkiti negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan sebagainya bahkan negara-negara maju di Eropa seperti Amerika Serikat, Itali dan banyak lainnya serta telah merenggut ratusan ribu nyawa dan hingga saat ini (18 April 2020) telah tercatat 2 juta orang lebih terinfeksi Covid-19 ini.

Adapun di Indonesia virus corona kian hari semakin melebarkan sayap bahkan catatan terakhir pada Jum’at 17 April 2020 juru bicara penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto menyampaikan bahwa kasus positif Corona telah mencapai angka 5,923 dengan total sembuh 607 dan meninggal 520 kasus (CNN Indonesia, 17/04/20) dan Angka ini akan sangat mungkin terus bertambah bergantung bagaimana kesigapan pencegahan baik dari pemerintah dan maupun kesadaran rakyat Indonesia sendiri.

Jumlah korban positif Corona di Indonesia dapat dibilang fantastis bahkan presentase angka kematiannya menduduki peringkat pertama di Asia. Namun terlepas dari hal tersebut bukan berarti pemerintah berpangku tangan terhadap virus yang sedang berkecamuk. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar penyebaran Covid-19 dapat diminimalisir ke angka serendah-rendahnya atau bahkan mematikan laju penyebarannya seperti melakukan rapid test (tes cepat), penyiapan 2 juta obat Avigan dan 3 juta Chloroquine sebagai salah satu usaha penyembuhan bagi pasean corona, menyulap wisma Atlet menjadi rumah sakit darurat Covid-19 sekaligus menjadi rumah isolasi (kompas.com, 23/03/2020), melakukan himbauan Social Distancing (jaga jarak) dan masih banyak hal seharusnya patut harusnya patut diapresiasi.

Pencegahan terhadap virus ini tidak akan seperti kura-kura dan akan mengorbankan lebih banyak jiwa jika hanya berpaku terhadap pemerintah tanpa adanya kesadaran dari masing-masing individu. Terlebih Corona bukan hanya menghambat interaksi sosial masyarakat akan tetapi juga mengguncangkan perekonomian baik nasional maupun internasional sehingga, Himbauan sosial distancing maupun kebijakan lain yang sifatnya menetap di rumah kurang diindahkan oleh masyarakat kecil salah satunya karena alasan perekonomian.

Oleh karena itu, Salah satu hal yang dapat diaplikasikan dalam situasi ini adalah penyadaran kembali akan dasar dan pandangan hidup bangsa ini yaitu Pancasila, Soekarno, sebagai pelopor ideologi tersebut pernah mengatakan bahwa ia tidak menciptakan pancasila dengan semerta-merta akan tetapi, melalui proses pengamatan yang mendalam atas masyarakat Indonesia yang beragam. Ia juga menambahkan apabila Pancasila diperas akan menjadi Trisila dan jika diperas lagi sari patihnya adalah Ekasila. Ekasila yang dimaksud adalah gotong royong. (Kaelan, 2016) Sehingga hal tersebut cocok dengan semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika atau secara gamblang dapat diartikan Beraneka ragam tapi tetap satu.

Dalam buku pengantar ilmu Budaya Sartono Kartodirjo menjelaskan bahwa Gotong royong merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris tradisonal dan merupakan suatu bentuk saling menolong yang berlaku di desa-desa di Indonesia. Terdapat banyak istilah yang maknanya merujuk pada budaya gotong royong antara lain Sambat-Sinambat, Neba, di daerah Priangan dan Banten (Jawa Barat) lebih dikenal dengan Liliuran, Rempungan, Utang Gigir atau Ngahiras sedangkan di Bali dikenal dengan Krama atau Seka (Sakidin, Ed.2003: 165-180) dan mungkin masih banyak lagi istilah dari berbagai daerah yang belum ditulis Sehingga, secara implisit gotong royong merupakan salah satu warisan nenek moyang bangsa ini.

Jika budaya gotong royong diaktualisasikan untuk melawan cobaan virus Corona saat ini maka banyak hal yang dapat kita dilakukan untuk saling membantu sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing seperti bagi individu, para tokoh, lembaga maupun organisasi dapat saling bahu-membahu bersama pemerintah membangun kesadaran terkait corona layaknya Sosial Distancing, menjaga kebersihan dan sebagainya, adapun bagi yang berkecukupan dapat membantu yang kekurangan dan terpaksa bekerja karena alasan perekonomian dan masih banyak hal yang bisa dilakukan.

Dengan membumikan kembali konsep Ekasila maka diharapkan akan terjadi hubungan simbiosi Mutualisme (hubungan timbal balik) antara pemerindah dan masyarakat sehingga pemerintah dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, masyarakat yang melek pengetahuan dapat mengamalkan ilmunya serta menjadi ladang amal bagi masyarakat yang memiliki kemampuan dalam segi finansial maupun moril sehingga, Corona bukan hanya dipandang sebagai musibah akan tetapi berkah yang akan menjadi perekat persatuan bangsa Indonesia. (Faisol)
Read More

Tuesday, 14 April 2020

Corona dan Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia

(Ilustrasi : Lapmi Progress) 
Jauh ratusan tahun yang lalu pandemi  yang  tidak kalah bahayanya pernah singgah di bumi, salah satu diantaranya ialah flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1920. Hal ini menjadi rutinan bumi tiap 100 tahun sekali, maka dari itu virus corona kali ini menjadi hal yang tidak asing lagi bagi bumi. Banyak kalangan yang berpendapat tentang asal muasal virus corona ini , ada yang beranggapan bahwa virus ini dari Wuhan China , namun ada juga yang mengatakan corona ini merupakan senjata biologis yang dikembangkan oleh elit global.
Corona tiba di indonesia sedikit terlambat dibanding negara- negara lainnya seperti Itali, Amerika, Jepang, Malaysia, yaitu pada awal maret 2020, yang di umumkan langsung oleh presiden Jokowi.  Banyak masyarakat yang sebelumnya santai terhadap corona dan cenderung menyepelekan karena beranggapan corona tidak mungkin tiba di indonesia , mengingat keadaan iklim serta kebiasaan dari masyarakat di negeri ini yang membuat peluang datangnya corona ke indonesia menjadi nihil , namun seakan tersedak ketika minum air, fakta tersebut berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi saat ini , bahkan indonesia mencatat persentase kematian terbanyak dibanding negara lain di asia yaitu 4.839 yang positif serta 459 orang yang telah  meninggal (14/04/2020).
Tidak berhenti pada gegernya virus Corona, kini indonesia juga terjangkit krisis kemanusiaan.  Bagaimana tidak, banyak jenazah yang ditolak untuk dikebumikan di daerah asal mereka. Sehingga terpaksa dikebumikan di daerah lain, bahkan yang lebih parah dari itu ialah ketika pemugaran makam yang dilakukan saat warga mengetahui bahwa yang dikuburkan ialah korban Corona, padahal keluarga jenazah telah mengikuti persyaratan dan prosedur keamanan. Dengan melihat kondisi  tersebut saya dapat mengatakan bahwa upaya dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi corona ini sudah mulai terbentuk, akan tetapi jangan sampai kebablasan sampai merusak hubungan kemanusiaan. Selain itu kini sedang marak terjadinya pengucilan, pencemoohan, sampai pengusiran terharap korban maupun keluarga korban. Mereka dalah korban, korban dari bencana kemanusiaan ini. Jika pengucilan tetap dilanggengkan, maka mereka yang sakit bisa jadi enggan bahkan tidak mau untuk memeriksakan diri. Tentu hal ini akan membuat virus Corona sulit terdeteksi, bahkan lebih parahnya lagi akan mempersulit pemutusan rantai virus Corona.
Pandemi ini harus segera ditangani, akan tetapi jangan sampai Stigma masyarakat yang kena. Dalam hal ini perlu akan adanya pelurusan kembali Stigma masyarakat, yang mana keadaan  masyarakat kini hanya terdominasi oleh keawamannya, dipikiran mereka cuma satu yakni “mereka tidak mau kena Corona”. Sehingga peresepsi ataupun pemikiran seperti itu akan melupakan hubungan kemanusiaan, bahkan akan merusak hubungan kemanusiaan. Perlu diluruskan lagi bahwa kita harus “Jauhi virusnya, bukan jenazahnya”. (Mayang Sahita Setya Rini)
Read More